Critical Pedagogy Sebagai Suatu Keniscayaan dalam Pendidikan di Indonesia


Critical Pedagogy Sebagai Suatu Keniscayaan dalam Pendidikan di Indonesia

Pendidikan berorientasi pada pengenalan realitas diri manusia

Bagi Freire, pendidikan harus berorientasi pada pengenalan realitas diri manusia dan dirinya sendiri. Pengenalan yang dimaksud tidak hanya bersifat subyektif atau obyektif saja, namun harus kedua-duanya. Kebutuhan obyektif untuk merubah keadaan yang tidak manusiawai selalu memerlukan kemampuan subyektif (kesadaran subyektif) untuk mengenali terlebih dahulu keadaan yang tidak manusiawi yang terjadi senyatanya. 


Obyektivitas pada pengertian si penindas bisa saja berarti subyektivitas pada pengertian si tertindas ataupun sebaliknya. Maka dari itu hubungan antara subyektivitas dan obyektivitas itu sama rata, tidak ada salah satu yang lebih benar melainkan seimbang. Kedua hal tersebut sama-sama mempengaruhi pendidikan sama halnya dengan pendidikan harus melibatkan tiga unsur : (1) Pengajar; (2) Pelajar/ anak didik; dan (3) Realitas dunia. Yang pertama dan kedua sebagai subyek pendidikan, sementara yag ketiga sebagai obyek pendidikan.



Critical Pedagogy

Critical Pedagogy sangat relevan diterapkan di Indonesia. Jika di amati ternyata kurikum 2013 juga sebagian mengadopsi dari Critical Pedagogi. Ada banyak aspek dalam kurikulum 2013 termasuk didalamnya pedagogi kritis. Dalam kurikulum 2013pola pikir (pola berpikir) sangat berbeda dari kurikulum sebelum-sebelumnyaBeberapa perubahan yang sejalan dengan gagasan pedagogi kritis. Perubahan pertama yang tercantum dalam pola pikir kurikulum 2013 adalah “pembelajaran proses yang berpusat pada guru akan menjadi terpusat pada siswa. 

Pendekatan tranformatif pendidikan

Perubahan kedua Proses pembelajaran yang tadinya satu arah menjadi interaksi atau kooperatif. Pendidikan terintegrasi antara guru, siswa, masyakarat dan lingkungan. Dalam pandanga Critical Pedagogy dapat dikatakan pendidikan transformatif. Pendidikan Transformatif ini sama seperti yang dikatakan Freire dalam pendekatan tranformatif pendidikan. Perubahan keempat ke pola pikir menyatakan bahwa “proses pembelajaran pasif akan menjadi mencari proses belajar kritis,  konsep ini sejajar dengan pedagogi kritis. Inti pedagogi kritis adalah pembelajaran berdasarkan analisis kritis dan tidak hanya menerima apa yang diajarkan. 


Selain perubahan dalam pola pikir,  ada perubahan pada materi yang diajarkan. Dalam hal materi yang diajarkan, dalam kurikulum 2013 "memperluas bahan belajar dengan memasukkan materi yang relevan dengan siswa. Dalam Critical Pedagogy materi harus relevan dengan siswa untuk menunjang pendidikan yang bermakna/berarti. Dengan Critical Pedagogy proses pembelajaran dapat berjalan secara kirits. 



Siswa tidak menerima begitu saja apa yang diberikan gurunya, namun ada sisi menanyakan, mengapa dan bagaimana terhadap materi yang diberikan. Proses Verifikasi dalam Critical Pedagogy sangat penting. Mengingat berifikasi merupakan salah satu ciri dari Critical Pedagogy. Sehingga semua materi yang  disampaikan guru atau yang didapat siswa dapat terjami kevalidannya.


Penulis: Failasuf Fadli

Post a Comment for "Critical Pedagogy Sebagai Suatu Keniscayaan dalam Pendidikan di Indonesia"