Menakar Perenalisme sebagai landasan Filosofi Pendidikan Dasar di Indonesia


Menakar Perenalisme sebagai landasan Filosofi Pendidikan Dasar di Indonesia

Pandangan Perenialisme

Terlepas ada kekurangan dan kelemahan perenialisme, menurut saya penernialisme sesuai diterapkan di jenjang pendidikan dasar Indonesia. Menurut Perenilisme bahwa kurikulum sekolah harus menekankan tema-tema tentang kehidupan manusia. Pendidikan harus berisi pokok bahasan kognitif yang menumbuhkan rasionalitas. dan pendidikan moral, keindahan, dan prinsip-prinsip agama untuk. menumbuhkan dimensi sikap. 

Kurikulum perenialisme sangat sesuai dengan kebutuhan siswa sekolah dasar

Mata pelajaran meliputi sejarah, bahasa, matematika, logika, sastra, humaniora, olahraga dan ilmu pengetahuan. Isi dari mata pelajaran ini berasal dari karya-karya klasik sastra dan seni. Kurikulum perenialisme sangat sesuai dengan kebutuhan siswa sekolah dasar. Tingkat usia sekolah dasar yang masih anak-anak akan lebih baik jika mempelajari materi pengetahuan dalam berbagai bidang. Belum ada istilah penjurusan atau spesifikasi ilmu dalam belajar. 

Baca Juga: Eksistensialisme VS Perenialisme: Analisis dan Kritik atas Kurikulum dan Peran Guru dalam Proses Pendidikan


Pengetahuan-pengetahun yang sifatnya umum dapat dijadikan dasar sebagai pengetahuan yang dimilikinya yang suatau saat akan dikembangkan sesuai dengan minatnya kelak ketika di Pendidikan atas atau tinggi. Dalam aliran filsafat pendidikan perenialisme, penanaman keterampilan dasar aritmatika, membaca, menulis sangat diutamakan. Hal itu juga sejalan dengan pendidikan dasar yang membutuhkan ketrampilan dasar seperti Membaca, menulis, berbicara, mendengarkan, menghitung, mengamati, mengukur, memperkirakan, dan pemecahan masalah.

 Perenialisme menekankan pada kondisi realitas di lingkungan

Dalam melekasanakan ketrampilan tersebut guru mempunyai peran yang sangat besar. Bagaimanpun juga, usia sekolah dasar masih sangat membutuhkan bimbingan dan arahan dari orang dewasa. Tingkat pemikiran anak sekolah dasar masih sederhana, dengan bantuan gurunya tentunya pembelajaran akan lebih berkualitas. Selain itu dalam perenialisme juga menekankan pada kondisi realitas di lingkungan sekitar. 

Perenialisme mengakomodir Multiple Intelegenc

Hal ini juga sangat relevan dengan materi yang dibutuhkan pendidikan dasar. Pendidikan dasar saat ini menggunakan pembelajaran tematik, dimana isi konten dari berbagai materi pelajaran dikaitkan yang berangkat dari kondisi sosial nyata. Perenialisme dalam pendidikan juga mencakup tiga aspek penting dalam pendidikan yakni aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Ketiga aspek tersebut juga sangat dibutuhkan siswa pendidikan dasar. Oleh karena itu, Perenialisme mengakomodir Multiple Intelegenc atau berbagai kecerdasan. 


Apalagi  saat ini Multiple Intelegenc belum diterapkan dalam pendidikan secara menyeluruh. Pendidikan dasar saat ini masih mementingkan Kecerdasan Intelektual saja. Guru pun masih banyak yang hanya melihat prestasi siswa dari ranah IQ. Hal itu dibuktikan dengan metode evaluasi selama ini kebanyakan masih  bersifat ranah IQ. Walaupun dalam kurikulum 2013 tidak menampik adanya sisi kecerdasan selain IQ, namun prosentasenya masih sedikit. 


Baca Juga: Islam, Muslim dan Filsafat


Dalam Perenialisme menerapkan Multiple Intelegenc, karena materi yang diajarkan juga bermacam-macam. Selain sains juga ada seni, ketrampilan, olahraga, bahkan agama. Sehingga memerlukan alat ukur yang terdiri dari (a) kecerdasan intelektual (IQ = Intelligence Quotient), (b) kecerdasan emosional (EQ = Emotional Quotient), (c) kecerdasan sosial (SQ = Social Quootoient), a) kecerdasan religius (RQ = Religion Quotient)

Penulis: Failasuf Fadli

 

Post a Comment for "Menakar Perenalisme sebagai landasan Filosofi Pendidikan Dasar di Indonesia"