![]() |
Philosopical Analysis |
Philosopical Analysis Dalam Perspektif Pendidikan
Philosopical Analysis
Philosopical Analysis merupakan gerakan kontemporer dalam filsafat pendidikan. Philosopical Analysis meruapakan suatu pemeriksaan dan klasifikasi bahasa dari wacana umum
dan ekspresi ilmiah. Menurut Gutek (1974) Philosopical Analysis dalam pendidikan berusaha memeriksa secara kritis bahasa yang terkait
dengan pengajaran dan pembelajaran yang didalamnya terdapat formulasi tujuan
pendidikan dan kebijakan.
Latar belakang munculnya Philosopical Analysis
Latar belakang munculnya Philosopical Analysis adalah kejenuhan terhadap
Idealisme. Menurut ahli Analisis, Filsafat Idealisme sulit dipahami. Filsafat Idealisme telah menyimpang jauh dari akal sehat. Banyak ungkapan-ungkapan/Istilah-istilah yang aneh (Eksistensi,
Nothingness, Substansi, dll). Tokoh-tokoh Philosopical Analysis diantaranya: George Edward Moore, seorang filsuf Inggris.
Ia juga merupakan seorang Profesor
Filsafat di Universitas Cambridge. Moore pada intinya menolak konsep idealisme tentang alam. Menurut Moore
bahwa sesuatu harus dapat diukur oleh indrawi. Sehingga Sesuatu yang abstrak
sebenarnya tidak ada. Sehingga dalam Philosopical Analisis terdapat metode
verifikasi. Jik metode verifikasi diguanakan pada filsafat idealisme, maka
konsep-konsep filsafat terbantahkan semua., karena tidak dapat di verifikasi.
Tokoh yang berikutnya adalah Bertrand Russell.
Tugas filsafat
Bagi
Russell, tugas filsafat adalah menemukan dan merumuskan aturan logis yang
mendasari penggunaan bahasa. Dalam mencari untuk mengembangkan
sistem analitik simbolik, atau matematika, logika, Russell berusaha memahami
sifat dan makna wacana. Kemudian tokoh yang ketiga adalah Ludwig Wittegnstein. Wittgenstein mengembangkan sistem analisis yang berupaya menetapkan makna
proposisi.
Dengan mengkonstruksi bahasa berdasarkan fakta-fakta yang
dapat diukur, wacana dapat dibangun sedemikian rupa sehingga menghasilkan
proposisi yang benar, atau dapat diverifikasi, tentang realitas. Philosopical Analysis dalam pendidikan diwujudkan dalam bentuk: (a) mendiskusikan konsep-konsep yang lazim
digunakan dalam pendidikan, seperti 'mengajar', 'belajar', 'pengetahuan,'
kurikulum ', dan sebagainya, jadi agar semua dapat mengetahui implikasi
cara penggunaan kata-kata; dan (b) mendiskusikan masalah dan masalah yang
muncul dalam pelaksanaan pendidikan, dan menganalisisnya untuk menyelesaikan
masalah nyata dalam perspektif yang jelas (Akinpelu, 1988).
![]() |
Philosopical Analysis |
Kelebihan Philosopical Analysis
Kelebihan Philosopical Analysis tidak berusaha untuk menciptakan sistem filosofis baru atau
pandangan dunia yang merangkul semua pengalaman manusia. Philosopical Analysis Sangat bermanfaat bagi kemampuan mengajar guru dengan kriteria dasar penalaran yang sehat, menghindari inkonsistensi dan
kontradiksi dalam argument. Philosopical Analysis dapat dijadikan sebagai metode dalam merumuskan suatu
kurikulum atau tujuan pendidikan.
Baca Juga: Menakar Perenalisme sebagai landasan Filosofi Pendidikan Dasar di Indonesia
Inti dari Philosopical Analysis disandarkan
pada empirisme dan menolak idelalisme, maka Sangat sesuai digunakan dalam
materi-materi Sains karena sifatnya yang empirik. Sedangkan kelemahan
Philosopical Analysis dalam ranah pendidikan adalah tidak dapat digunakan dalam
mengajarkan materi-materi yang sifatnya abstrak yang mana muaranya adalah
idealisme. Sebagai contoh mengajarkan materi agama. Konsep-konsep agama yang
abstrak sangat tidak relevan bagi Philosopical Analysis.
Penulis: Failasuf Fadli
If the player fails to hit the bonus during these "standby video games", it is added to the "stock" for later assortment. Many current video games, after ending a bonus round, set the likelihood to release extra stock very excessive for the first few video games. As a end result, a fortunate player may casino.edu.kg get to play quantity of} bonus rounds in a row (a "renchan"), making payouts of 5,000 and even 10,000 coins potential.
ReplyDelete